Jumat, 17 Februari 2012

Pramuka! Pramuka! Praja Muda Karana!

Slogan tersebut sudah tak asing lagi bagi anggota Pramuka Indonesia. Semuanya dilakukan bersemangat dengan tepukan tangan. Hal ini melambangkan bahwa dalam Pramuka, tidak ada yang boleh bermalas-malasan, harus kreatif, inovatif, dan mandiri dalam menghadapi tantangan hidup. Inilah mental yang dibutuhkan untuk menyukseskan pembangunan bangsa Indonesia.
Gerakan Pramuka di Indonesia diawali oleh gagasan para kompeni Belanda yang mendirikan Netherland Indiesche Padvinders Vereeniging (NIPV) yang berarti Persatuan Pandu-Pandu Hindia-Belanda. Kemudian, oleh K.H. Agus Salim diubah menjadi organisasi kepanduan yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia yang baik dan menjadi kader pergerakan nasional. Karena itulah, K.H.Agus Salim diberi gelar Bapak Pandu Indonesia.
Setelah mengalami beberapa pergantian nama, pada tahun 1961, Pramuka yang merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, dijadikan sebagai nama gerakan pandu Indonesia. Hingga saat ini, nama Pramuka digunakan untuk melambangkan perkumpulan remaja yang gemar berkarya.
Begitu juga dengan simbol dari Pramuka itu sendiri. Simbolnya berupa tunas kelapa. Mengapa tunas kelapa? Semua bagian dari tubuh pohon kelapa dapat dimanfaatkan manusia. Akarnya dapat dijadikan obat, batangnya digunakan untuk pondasi bangunan, daunnya digunakan untuk pembungkus makanan, pelepahnya digunakan untuk sapu lidi, serta buahnya dapat dibuat bahan makanan dan minuman.
Esensi tunas kelapa dijadikan lambang Pramuka adalah agar para anggota Pramuka dapat bermanfaat bagi sesama. Agar para anggota Pramuka dapat membantu masyarakat sekitarnya dalam segala bidang. Tentunya, nama, simbol, dan materi yang disampaikan pun saling berkaitan. Sehingga, materi-materi di dalam Pramuka juga diberikan demi tercapainya tujuan pembentukan Pramuka.
Sesuai tujuan awal, Pramuka difungsikan untuk membentuk manusia Indonesia yang berakhlak baik, berkecakapan tinggi, kreatif dan mandiri. Jadi, Pramuka merupakan wadah yang sangat tepat untuk mendidik dan membina generasi muda Indonesia. Seperti yang kita ketahui, remaja Indonesia sekarang ini cenderung bersikap konsumtif, tidak kreatif, dan berpola hidup kebarat-baratan.
Mereka cenderung lebih mencintai budaya asing daripada budaya nasional. Pancasila mulai ditinggalkan dan mencari paham-paham baru yang lebih sesuai dengan tujuan masing-masing. Dengan diterapkan, bahkan diwajibkannya program ekstrakurikuler Pramuka di Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah, setidaknya Pemerintah sudah melakukan langkah yang benar. Walaupun pada kenyataannya banyak remaja yang masih menyepelekan Pramuka, namun hingga kini Pramuka tetap eksis untuk melatih bibit unggul penerus bangsa.
Pramuka adalah cerminan nyata dari sila-sila Pancasila. Hymne Pramuka telah menggambarkan hal tersebut dalam syairnya: Kami Pramuka Indonesia, manusia Pancasila. Inilah yang menjadikan Pramuka memiliki nilai tambah dari pendidikan formal.
Pramuka memiliki Dasa Dharma dan Tri Satya (untuk Pramuka tingkat Penggalang, Penegak, Pandega, dan Pembina) serta Dwi Satya dan Dwi Dharma (untuk Pramuka tingkat Siaga) sebagai kode kehormatan para anggotanya. Di manapun, kapanpun, dalam situasi apapun, semua anggotanya wajib mengamalkan janji tersebut. Sehingga, dapat dipastikan setiap anggota memiliki tanggung jawab moral, kreatif, berpikir positif, dan berdisiplin tinggi.
Adapun tingkatan-tingkatan di dalam Pramuka, di antaranya Siaga, Penggalang, Penegak, Pandega, dan Pembina. Masing-masing tingkatan tersebut dibagi menurut usia serta materi kecakapan yang diberikan.
Tingkatan regu Pramuka dilihat dari terpenuhinya syarat-syarat kecakapan umum yang tercantum dalam buku saku SKU. Pramuka Siaga dinyatakan naik tingkat menjadi Pramuka Penggalang setelah ia memenuhi seluruh syarat untuk pengajuan naik tingkat. Dan setelah semuanya terpenuhi, dia akan dilantik di depan para anggota Pramuka gugus depannya. Begitu pula sistem kenaikan tingkat regu berikutnya.
Sedangkan materi kecakapan yang diberikan meliputi salam Pramuka, baris-berbaris, berbagai sandi (morse, semaphore, sandi kotak, sandi kimia, sandi rumput, dan lainnya), pedoman kompas, sejarah Pramuka, serta berkemah. Di luar itu, ada materi tentang tali-temali, struktur organisasi Pramuka, dan wawasan lingkungan. Menurut pengamatan penulis selama dua tahun terakhir, bagi anggota Pramuka, materi tersebut sangat mengasyikkan.
Hal itu didasari pola pikir mereka yang menemukan hal-hal baru di dalam Kepramukaan. Pelajaran yang mereka dapatkan dalam Pramuka lebih menantang dan melatih kecakapan mereka di alam bebas. Pola pengajaran seperti ini memang lebih disukai daripada harus belajar di dalam kelas seperti sekolah formal pada umumnya.
Agar para anggota lebih mahir dalam mempraktekkan materi yang telah didapatkan, di akhir tahun ajaran, biasanya diadakan Persami. Persami atau Perkemahan Sabtu Minggu diadakan dengan tujuan melatih kekompakan dan kerjasama para anggota yang diwujudkan dalam berbagai perlombaan Kepramukaan.
Sedangkan untuk acara berskala Nasional, Jambore pun dihelat. Peserta Jambore Nasional ini hanya para anggota dari gugus depan dari masing-masing provinsi yang terpilih. Sehingga semua anggota bersaing untuk menjadi yang terbaik agar bisa mengikuti Jambore Nasional.
Dari sanalah daya saing para generasi muda mengalami peningkatan. Namun, walaupun penuh persaingan, para anggota wajib untuk menjalin kerjasama dengan kelompoknya yang baru di dalam Jambore yang berasal dari daerah lain. Akhirnya, dalam Jambore inilah akan tercipta rasa persatuan, kesatuan, dan toleransi yang tinggi antar suku bangsa.
Para anggota dengan sendirinya akan berbaur dan berbagi pengalaman. Sehingga masing-masing individu akan semakin tahu dan mengerti tantangan yang akan mereka hadapi dari sharing pengalaman itu.
Dari tahun ke tahun, Pramuka semakin mengalami perkembangan. Kini, Pramuka digabungkan dengan berbagai kegiatan alam, seperti Pecinta Alam, Saka Bahari (bidang kelautan), Saka Dirgantara (bidang kedirgantaraan), Taruna Bumi (bidang pertanian), dan Saka Buana (bidang kehutanan). Anggota dari masing-masing bidang tersebut, harus berasal dari tingkat Penggalang yang sudah berstatus siswa Sekolah Menengah Atas.
Adanya spesialisasi dalam berbagai bidang tersebut, tentunya akan semakin menarik minat para generasi muda. Sehingga, dengan partisipasi aktif mereka, Indonesia akan mempunyai sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Dengan Pramuka, seluruh peluang kerja akan sangat mudah dikuasai oleh para anggotanya.
Kita patut berbangga sebagai generasi muda Indonesia dan penerus tonggak perjuangan bangsa, memiliki Pramuka. Namun, kita juga perlu menerapkan Dasa Dharma dan Tri Satya Pramuka dalam kehidupan sehari-hari. Hitung-hitung, sebagai kesetiaan kita terhadap Pancasila yang semakin teruji dengan adanya arus globalisasi. Serta sebagai pengingat akan semangat kita yang dulu pernah meletup-letup ketika masih menjadi anggota aktif Gerakan Pramuka Indonesia.
Untuk itu, marilah kita menyanyikan lagu Hymne Pramuka untuk menambah semangat Kepramukaan kita di Tahun Emas berdirinya Gerakan Pramuka Indonesia.
Kami Pramuka Indonesia, manusia Pancasila. Satyaku, kudharmakan. Dharmaku, kubaktikan. Agar jaya, Indonesia. Indonesia, tanah airku. Kami jadi pandumu.
Pramuka! Pramuka! Praja Muda Karana!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar